Gigi Tiruan Lengkap (GTL)
Gigi tiruan lengkap merupakan gigi tiruan yang dibuat untuk menggantikan semua gigi asli beserta bagian jaringan gusi yang hilang. Pembuatan gigi tiruan lengkap memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk merehabilitasi seluruh gigi yang hilang serta jaringannya sehingga dapat memperbaiki atau mengembalikan fungsi pengunyahan, bicara, estetis, dan psikis, serta memperbaiki kelainan, gangguan, dan penyakit yang disebabkan oleh keadaan edentulous.
Swenson (1979)
menyatakan bahwa pada orang yang telah kehilangan gigi-geliginya, dimensi
vertikal akan berkurang dan otot pipi akan turun karena tidak adanya penyangga.
Selama berfungsi, rahang bawah berusaha berkontak dengan rahang atas, sehingga
dengan tidak adanya gigi-gigi rahang atas dan rahang bawah akan menyebabkan
hilangnya posisi sentrik dan mandibula menjadi protrusif, yang dapat
menyebabkan malposisi temporomandibular
joint.
Hilangnya gigi
akan menyebabkan processus alveolaris gigi
tersebut mengalami penyusutan. Processus alveolaris yang telah mengalami penyusutan tersebut disebut residual ridge. Penyusutan processus
alveolaris umumnya berjalan 2-3 minggu setelah hilangnya gigi, namun pada
beberapa orang dapat berlangsung selama beberapa bulan.
Indikasi pembuatan gigi tiruan lengkap
(1) adanya
kehilangan seluruh gigi karena dicabut atau tanggal, atau masih mempunyai
beberapa gigi yang harus dicabut karena kerusakan gigi
yang tidak mungkin diperbaiki,
(2) keadaan processus alveolaris masih baik,
(3) kondisi
mulut pasien baik,
(4) keadaan umum pasien baik, dan
(5) pasien bersedia dibuatkan gigi tiruan lengkap.
Pembuatan
Gigi Tiruan Lengkap (GTL) akan mencegah pengerutan/atropi processus
alveolaris (residual ridge) dan
berkurangnya vertikal dimensi yang disebabkan turunnya otot-otot pipi karena
tidak ada penyangga dan hilangnya oklusi sentrik. Tujuan pembuatan
gigi tiruan lengkap adalah untuk merehabilitasi seluruh gigi yang hilang
sehingga dapat memperbaiki dan mengembalikan fungsi bicara, pengunyahan,
estetis dan psikis serta memperbaiki kelainan, gangguan dan penyakit yang disebabkan oleh
keadaan edentulous.
Pembuatan gigi tiruan lengkap diharapkan dapat
menggantikan fungsi dari gigi asli yang telah hilang dan jaringan gigi.
Keberhasilan dari pembuatan gigi tiruan lengkap tergantung dari retensi yang dapat
menimbulkan efek psikologis dan dukungan dari jaringan sekitarnya sehingga
dapat dipertahankan keadaan jaringan yang normal.
Hal ini mencakup (1) kondisi mulut edentulous
berupa: processus alveolaris, saliva, batas mukosa
bergerak dan tidak bergerak, kompresibilitas jaringan
mukosa, bentuk
dan gerakan otot-otot muka serta bentuk dan
gerakan lidah, (2) ukuran,
warna, bentuk gigi dan gusi yang cocok, (3) penetapan/pengaturan gigi yang benar, yaitu:
posisi dan bentuk lengkung deretan gigi, posisi individual gigi, dan relasi
gigi yang terjadi dalam satu lengkung dan antara gigi-gigi rahang atas dengan gigi-gigi rahang bawah,
dan sifat dan
material yang hampir sama dengan kondisi mulut.
Jaringan yang tidak bergerak di dalam mulut akan dijadikan landasan
bagi gigi tiruan lengkap. Batas antara jaringan yang bergerak dan tidak
bergerak disebut mucobuccal fold
dan fornik. Batas ini
harus diteliti dengan seksama untuk mengetahui batas yang tepat dari gigi
tiruan lengkap yang akan dibuat.
Syarat gigi
tiruan yang baik adalah (1) material tidak berbau, berasa, halus, bersih, dan tidak mengiritasi, ukuran dan bentuk harus
sesuai, serta mempunyai retensi dan stabilisasi waktu
dipakai dan berfungsi sehingga enak dipakai,
(2) dapat
berfungsi untuk mengunyah makanan, mengucapkan kata dengan
jelas, gerakan
seperti tertawa, menguap, batuk, minum dan
lain-lain, (3) estetis
dalam ukuran, bentuk, warna gigi dan gusi, (4) tidak menimbulkan gangguan atau
kelainan dan rasa sakit, dan juga (5) cukup kuat terhadap tekanan pengunyahan dan
pengaruh zat dalam makanan, minuman, cairan ludah dan obat.
Gigi tiruan
lengkap yang baik harus memiliki retensi dan stabilitasasi yang baik. Retensi adalah
ketahanan dari suatu gigi tiruan terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan
tersebut dalam keadaan diam. Stabilisasi adalah ketahanan suatu gigi tiruan
terhadap daya lepas pada saat gigi tiruan berfungsi (adanya tekanan fungsional).
Menurut Soelarko dan
Wahchijati (1980), retensi didapat dari gravitasi, adhesi, tekanan atmosfer,
dan surface tension, sedangkan faktor stabilisasi GTL
didapat dari pemasangan gigi-gigi pada processus
alveolaris, tekanan yang merata, balanced
occlution, relief area, sliding, over
jet dan over bite. Faktor retensi dan stabilisasi adalah faktor
yang penting dalam keberhasilan gigi tiruan lengkap.
Menurut
Basker dkk. (1996), kekuatan retentif mencegah pengungkitan gigi tiruan dari mukosa pendukung dan
bekerja melalui 3 permukaan gigi tiruan,
yaitu:
1. Permukaan oklusal (occlusal surface), yaitu bagian
permukaan gigi tiruan yang berkontak atau hampir berkontak dengan permukaan
yang sesuai pada gigi tiruan lawan atau gigi asli.
2. Permukaan poles (polishing surface),
yaitu bagian permukaan gigi tiruan yang terbentang dari tepi
gigi tiruan ke permukaan oklusal, termasuk permukaan palatal. Bagian basis gigi
tiruan inilah yang biasanya dipoles, termasuk permukaan bukal dan lingual
gigi-geligi, dan permukaan ini berkontak dengan bibir, pipi, dan lidah.
3. Permukaan cetakan (finishing surface),
yaitu bagian permukaaan gigi tiruan yang konturnya ditentukan
oleh cetakan.
Gigi tiruan dapat berfungsi secara efisien apabila memenuhi empat
faktor. Menurut Watt dan MacGregor (1992) keempat
faktor itu adalah:
1. Jaringan
pendukung: adalah
jaringan yang merupakan tempat gigi tiruan bertumpu, terdiri dari jaringan yang
menerima beban pengunyahan yang jatuh pada gigi tiruan.
2. Retensi: adalah ketahan gigi tiruan untuk
melawan upaya penglepasannya dari mulut.
3. Seimbang dengan otot: berarti bahwa tekanan
otot-otot lidah, bibir dan pipi, yang bekerja pada gigi tiruan selama gerakan
fungsional dengan gigi-gigi tidak dalam keadaan berkontak, tidak menyebabkan
terlepasnya gigi tiruan.
4. Keseimbangan oklusi: diartikan apabila tekanan
yang dikeluarkan oleh gigi tiruan yang satu kepada gigi tiruan lawannya selama
gerak fungsional dengan gigi-giginya dalam keadaan berkontak tidak menyebabkan
terlepasnya gigi tiruan tersebut.
Tekanan
retentif yang berperan terhadap semua permukaan tersebut
adalah tekanan otot dan tekanan fisik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi retensi gigi tiruan lengkap,
terutama pada rahang atas, yaitu:
Efektifitas peripherial seal sangat mempengaruhi efek retensi dari tekanan
atmosfer. Posisi terbaik peripherial seal
adalah disekeliling tepi gigi tiruan yaitu pada permukaan bukal gigi tiruan
atas, pada permukaan bukal gigi tiruan bawah. Peripherial seal bersambung dengan postdam pada rahang atas menjadi
sirkular seal. Sirkular seal ini berfungsi membendung agar udara dari luar tidak
dapat masuk ke dalam basis gigi tiruan (fitting
surface) dan mukosa sehingga tekanan atmosfer di dalamnya tetap terjaga.
Apabila pada sirkular seal terdapat
kebocoran (seal tidak utuh/terputus) maka protesa akan mudah terlepas. Hal
inilah yang harus dihindari dan menjadi penyebab utama terjadi kegagalan dalam
pembuatan protesa gigi tiruan lengkap.
Postdam atau
posterior palatal seal (khusus pada
rahang atas), diletakkan tepat disebelah anterior vibrating line dari palatum molle dekat fovea palatina.
2. Adaptasi
yang baik antara gigi tiruan dengan mukosa mulut. Ketepatan kontak antara basis
gigi tiruan dengan mukosa mulut tergantung pada efektivitas gaya-gaya fisik
dari adhesi dan kohesi, yang bersama-sama dikenal sebagai adhesi selektif.
3. Perluasan
basis gigi tiruan yang menempel pada mukosa (fitting surface). Retensi gigi tiruan berbanding langsung dengan
luas daerah yang ditutupi oleh basis gigi tiruan.
4. Residual ridge,
karena tidak ada lagi gigi yang dapat dipakai sebagai pegangan terutama pada
rahang atas.
5. Faktor
kompresibilitas jaringan lunak dan tulang dibawahnya untuk menghindari rasa
sakit dan terlepasnya gigi tiruan saat berfungsi.
Basker RM, Davenport JC, Tomlin HR. 1996. Perawatan Prostodontik bagi
Pasien Tak Bergigi (terj.). Ed III. EGC: Jakarta.
Devlin H. 2002. Complete Dentures: A Clinical Manual for the
General Dental Practicioner. Springer-Verlag: Berlin.
Gehl
DH, Dressen, OM. 1959. Complete Denture
Prothesis. 4th ed. W. B. Saunders Co.: London.
Harshanur IW.
1993. Gigi Tiruan Lengkap Lepasan. EGC:
Jakarta.
Hickey JC, Zarb GA. 1980. Boucher’s Prosthodontic Treatment for Edentulous Patients.
Missoury: Mosby Company.
Itjiningsih
WH. 1996. Geligi Tiruan Lengkap Lepas.
EGC: Jakarta.
Itjiningsih
WH. 1993. Dental
Teknologi. FKG Universitas Trisakti: Jakarta.
Seki
T, Suzuki T, dan Hayakawa I. 2006. Influence of Midline Position and Incisal
Inclination on Esthetic Evaluation of Complete Denture Wearers. Prosthodont
Res Pract 5: 150-6.
Sharry JJ. 1968.
Complete Denture Prosthodontics. 2nd
ed. McGraw-Hill Company: New York.
Soelarko dan
Herman W. 1980. Diktat Prostodonsia Full Denture.
FKG Unpad: Bandung.
Swenson
MG. 1960. Complete Denture. 5th ed. C. V. Mosby Co.: St. Louis.
Utari RI. 1994. Desain
dan Tehnik Mencetak pada Pembuatan Geligi Tiruan Lengkap. Hipokrates:
Jakarta.
Gigi Tiruan Lengkap (GTL)