Sifat sifat fisik resin akrilik adalah sifat resin akrilik yang dapat dilihat dalam wujud fisiknya. Sifat fisik resin antara lain adalah :
- Resin memiliki kekerasan (hardness)sebesar 16-22 KHN yang berarti resin akrilik sangat mudah terkikis dan tergores.
- Penghantaran panas, resin akrilik mempunyai sifat penghantar panas dan listrik rendah dibandingkan dengan logam. Penghantar panasnya sebesar 5,7 x 10 kal/detik/cm/oC/cm.
- Akrilik mengalami pengerutan waktu proses polimerisasi dan pendinginannya.
- Akrilik menyerap air sebesar 0,45 mgcm.
- Akrilik tidak larut dalam pelarut asam, basa lemah dan pelarut organik tapi larut dalam keton dan ester.
- Daya adhesi antara resin akrilik terhadap logam rendah sehingga memerlukan suatu ikatan mekanis seperti undercut atau permukaan yang kasar.
- Sifat estetika cukup memuaskan, karena akrilik dapat diberi warna sesuai kebutuhan.
- Akrilik tidak mempunyai warna dan bau serta tidak menimbulkan gejala-gejala alergi sehingga jaringan mulut dapat menerima dengan baik.
- Akrilik mempunyai sifat cold flow, yaitu apabila akrilik mendapat beban atau tekanan yang terus memerus dan kemudian tekanan ditiadakan, maka akan berubah bentuk secara permanen
- Retak (crazing), dapat timbul retak retak di permukaan akrilik. Hal ini bisa disebabkan tensile stress yang menyebabkan terpisahnya molekul molekul polimer
Sifat kimia resin akrilik adalah sifat resin akrilik yang dilihat berdasarkan struktur kimianya. Resin akrilik memiliki sifat kimia yaitu
- resin akrilik tidak dapat berpolimerisasi secara sempurna sehingga dari reaksi polimerisasi yang terjadi selalu di dapatkan sisa-sisa monomer yang bila diaplikasikan dalam rongga mulut dapat menyebabkan iritasi pada jaringan.
- resin akrilik merupakan bahan yang memiliki system yang stabil artinya tidak berubah warnanya, yang mengindikasikan bahwa bahan tahan terhadap ekspansi termis dan bahan ini mudah dibentuk.
Macam – macam resin akrilik berdasarkan reaksinya yaitu :
Head Cured Acrylic Resin
Resin akrilik dimana dalam pengolahannya membutuhkan curing / pemasakan dengan panas agar diperoleh polimerisasi yang sempurna. Adapun komposisinya ada dua yaitu:
Powder
Polimer, polimethyl metacrylate, baik serbuk yang diperoleh dari polimerisasi methyl metacrylate dalam air maupun pertikel yang tidak teratur bentuknya yang diperolah dengan cara menggerinda batangan polimer.
Initiator peroksida berupa 0,2 – 0,5 % benzoil peroksida. Pigmen tercampur dalam partikel polimer sebanyaj 1%
Liquid
Monomer methyl metacrylate, stabilizer sekitar 0,006 % hydroquinone untuk mencegah berlangsungnya polimerisasi selama penyimpanan. Kadang – kadang terdapat bahan untuk memacu cross link seperti ethylene glycol dimetacrilat.
Self Cured Acrylic Resin
Akrilik ini juga dinamakan autopolymerizing ,dapat juga disebut chemical activated materials. Pada pengolahannya tidak membutuhkan panas.Komposisinya sama dengan bahan heat cured hanya pada self cured cairannya mengandung bahan activator. Zat activator ini umumnya golongan amina organic, dalam hal ini dapat digunakan dimethyl paratoluidine ataupun amina tertier. Akrilik self cured digunakan untuk bahan restorasi, bahan pengisi yang aktif yaitu dipergunakan dalam pembentukan sendok cetak khusus untuk pengambilan cetakan, reparasi gigi tiruan, relining dan rebasing, pada alat orthodonsia yang removable dan untuk penambahan post-dam pada landasan gigi tiruan atas.
Perbandingan bahan akrilik heat cured dengan bahan akrilik self cured sebagai berikut :
- Komposisinya sama tapi pada bahan self cured cairannya mengandung bahan activator seperti dimethyl paratoluidin.
- Porositas bahan self cured lebih besar daripada heat cured, meskipun ini tidak mudah dilihat pada resin yang diberi pigmen. Hal ini disebabkan oleh karena terlarutnya udara dalam monomer yang tidak larut dalam polimer pada suhu kamar.
- Secara umum bahan self cured mempunyai berat molekul rata-rata lebih rendah dan mengandung lebih banyak sisa monomer yaitu sekitar 2-5 %.
- Bahan sel cured tidak sekuat heat cured, transverse strength bahan ini kira-kira 80% dari bahan heat cured. Ini mungkin berkaitan dengan berat molekulnya yang lebih ringan.
- Mengenai sifat-sifat rheologynya, bahan heat cured lebih baik dari self cured karena bahan self cured menunjukkan distorsi yang lebih besar dari pemakaian. Pada pengukuran creep bahan polimetil metakrilat, polimer heat cured mempunyai deformasi awal yang lebih kecil juga lebih sedikit creep dan lebih cepat kembali dibandingkan dengan bahan self cured.
- Stabilitas warna bahan self cured jelek, bila dipakai activator amina tertiar dapat terjadi penguningan setelah beberapa lama.
Light Cured Acrylic Resin
Reaksi polimerisasi free radikal addition dapat dilakukan dengan menggunakan sinar tampak (visible light). Dengan cara ini terjadinya polimerisasi tidak mengalami hambatan, terutama oleh karena adanya oksigen pada bagian permukaan akrilik. Alat yang digunakan adalah curing unit, didalamnya terdapat empat buah lampu halogen yang dapat menghasilakan panjang gelombang 400-500 nm.
Manipulasi resin akrilik
Dalam proses manipulasi, perbandingan monomer dan polimer akan menentukan struktur resin. Makin banyak polimer yang dipakai proses polimernya makin lambat dan pengeruta makin berkurang. Perbandingan yang sesuai antara polimer : monomer = 3:1 (menurut volume) atau 2:1 (menurut berat).
Tahap awal dari manipulasi gips adalah dengan mencampurkan perbandingan antara monomer dan monomer secara tepat dilakukan di dalam tempat (mixing jar) yang terbuat dari keramik atau gelas yang tidak tembus cahaya. Hal ini dilakukan dengan maksud agar tidak terjadi polimerisasi awal atau dini. Setelah polimer dicampur dengan monomer akan terjadi reaksi dengan tahap-tahap sebagai berikut :
- Tahap I : adonan seperti pasir (sandy stage)
- Tahap II: adonan seperti Lumpur basah (mushy stage)
- Tahap III: adonan apabila disentuh dengan jari/alat bersifat lekat, apabila ditarik membentuk serat (strangy stage). Butir-butir polimer mulai larut, monomer bebas meresap ke dalam polimer
- Tahap IV: adonan bersifat plastis (dough stage). Pada tahap ini sifat lekat hilang dan adonan mudah dibentuk sesuai dengan bentuk yang kita inginkan.
- Tahap V: kenyal seperti karet (rubbery stage). Pad tahap ini telah banyak monomer yang menguap, terutama pada permukaannya sehingga terjadi permukaan yang kasar.
- Tahap VI: kaku dan keras (rigid stage). Pada tahap ini adonan telah menjadi keras dan getas pada permukaannya, sedang keadaan di bagian dalam adukan masih kenyal. (Combe, 1992 : 270-278). Dan yang harus diperhatikan dalam manipulasi ini adalah operator harus menggunakan masker, sebab jika terlalu banyak menghirup monomer tidak baik untuk kesehatan paru-paru.
Pengisian ruang cetak atau mould space dengan resin akrilik
Ruang cetak adalah ruang/rongga yang telah disiapkan untuk diisi dengan akrilik. Ruang tersebut dindingnya dibatasi oleh gips dan gips tersbut tetanam dalam kuvet. Sebelum ronggs diisi dengan akrilik terlebih dahulu diolesi dengan bahan separator/ pemisah yang umumnya menggunakan could mould seal (CMS). Ruang cetak diisi dengan akrilik pada waktu adonan mencapai tahap plastis (dough stage). Sewaktu melakukan pengisian ke dalam cetakan pelu diperhatikan :
- Cetakan terisi penuh.
- Sewaktu dipress terdapat tekanan yang cukup pada cetakan, ini dapat dicapai dengan cara mengisikan dough sedikit lebih banyak ke dalam cetakan. Selama polimerisasi terjadi kontraksi yang mengakibatkan berkurangnya tekanan di dalam cetakan. Pengisian yang kurang dapat menyebabkan terjadi shrinkage porosity, selain itu porus disebabkan oleh karena adonan gips kurang pengetukan atau diketuk sehingga masih ada udara yang terjebak.
Setelah pengisian maka diperlukan pengepressan menggunakan alat hydroulic bench press. Tahap selanjutnya adalah perendaman dalam air dingin selama 8 jam, untuk menyempurnakan dan mempercepat polimerisasi maka setelah pengisian dan pengepressan perlu dilakukan pemasakan yaitu di dalam boiling water (air panas) (Combe,1992 :168,170,272 dan Phillips, 1991 : 215,216 ).