Siwak
(Salvadora
persica)
Siwak atau miswak (Salvadora
persica) merupakan bagian dari batang, akar
atau ranting tumbuhan yang kebanyakan tumbuh di daerah Timur Tengah,
Asia, dan Afrika. Siwak berbentuk batang yang diambil dari akar dan
ranting tanaman Salvadora persica,
dan berdiameter antara 0,1 cm sampai 5 cm Pohon siwak berukuran kecil
seperti belukar dengan batang yang bercabang-cabang, dengan diameter
sekitar 30 cm. Jika kulitnya dikelupas berwarna agak keputihan dan
memiliki banyak juntaian serat. Akarnya berwarna cokelat dan bagian
dalamnya berwarna putih. Aromanya seperti seledri dan rasanya agak
pedas (Al-Khateeb,
1991).
Klasifikasi tanaman siwak (Salvadora
persica) menurut Tjitrosoepomo (1998) adalah
sebagai berikut:
Divisi : Embryophyta
Subdivisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledons
Subkelas : Eudicotiledons
Ordo : Brassicales
Famili : Salvadoraceae
Genus : Salvadora
Spesies : Salvadora persica
Gambar
1. Kayu siwak (Salvadora persica)
Siwak
pertama kali digunakan
oleh
orang Babel
sekitar 7000
tahun yang lalu,
kemudian
digunakan
di seluruh
kerajaan
Yunani
dan
Romawi,
dan
terakhir
digunakan
oleh
orang Yahudi,
Mesir,
dan
Kerajaan
Islam.
Sejak 300 tahun yang lalu, siwak dipercaya
dapat menjadi prekursor untuk sikat
gigi modern
di
Eropa.
Saat ini, siwak
telah digunakan
di
Afrika,
Amerika Selatan,
Asia
Timur,
Timur Tengah
termasuk
Arab Saudi,
dan
seluruh
negara-negara Islam.
Istilah siwak memiliki
nama
yang berbeda
di
berbagai
masyarakat,
misalnya siwak atau arak
di
Timur
Tengah,
miswak
di
Tanzania,
serta siwak
di India
dan
Pakistan.
Penggunaan siwak dengan cara dikunyah telah dilakukan di banyak
budaya di dunia. Di
Timur
Tengah,
pengunyahan siwak menjadi suatu hal umum (Al-Lafi
dan Ababneh,1995).
Siwak berfungsi mengikis dan membersihkan bagian dalam
mulut. Kata siwak sendiri berasal dari bahasa arab ‘yudlik’ yang
artinya memijat (massage).
Siwak lebih dari sekedar sikat gigi biasa karena selain memiliki
serat batang yang elastis dan tidak merusak gigi di bawah tekanan
yang keras, siwak juga memiliki kandungan alami antimikrobial dan
antidecay system.
Batang siwak yang berdiameter kecil, memiliki kemampuan fleksibilitas
yang tinggi untuk menekuk ke daerah mulut secara tepat dan dapat
mengikis plak pada gigi. Siwak juga aman dan sehat bagi perkembangan
gusi (El-Mostehy et
al, 1983).
Zat
Aktif pada Siwak (Salvadora persica)
Menurut Al-Lafi
dan Ababneh (1995), siwak mengandung
kurang lebih 19 zat yang dibutuhkan untuk meningkatkan kesehatan
mulut. Siwak memiliki
kandungan kimiawi yang bermanfaat, meliputi :
Antibacterial
acids,
seperti astringen, abrasive,
dan detergen yang berfungsi untuk membunuh bakteri, mencegah
infeksi, menghentikan pendarahan pada gusi. Penggunaan kayu siwak
yang segar pertama kali, akan terasa agak pedas dan sedikit
membakar, karena terdapat kandungan serupa mustard yang merupakan
substansi antibacterial
acid tersebut.
Kandungan
kimiawi,
seperti klorida,
potasium,
sodium
bikarbonat,
fluorida,
silika,
sulfur,
vitamin C, trimetilamin,
salvadorin,
tannin,
dan beberapa mineral lainnya
yang berfungsi untuk membersihkan gigi, memutihkan dan menyehatkan
gigi dan gusi. Bahan-bahan ini sering diekstrak sebagai bahan
penyusun pasta gigi.
3. Minyak
aroma alami yang memiliki rasa dan bau yang segar, yang dapat
menyegarkan mulut
dan menghilangkan bau tidak sedap.
4. Enzim yang mencegah pembentukan plak yang merupakan
penyebab radang gusi dan penyebab utama tanggalnya gigi secara
prematur.
5. Antidecay
agent
dan antigermal
system,
yang bertindak seperti Penicilin untuk
menurunkan jumlah bakteri di
mulut dan mencegah terjadinya proses pembusukan. Siwak juga turut
merangsang produksi saliva, yang mana
saliva merupakan bahan organik
yang dapat melindungi
dan membersihkan mulut.
Siwak dapat menghilangkan plak tanpa menyebabkan luka
pada gigi (Lorian, 1996). Siwak dapat membersihkan gigi dan jaringan
mulut dengan dua cara, yaitu dengan aksi mekanis dari
serabut-serabutnya dan dengan adanya efek kimiawi pada gigi, gusi,
dan atau plak gigi. Tanaman ini memiliki kandungan kimiawi yang
bersifat antibakteri, yaitu sulfur dan alkaloid. Aktivitas sulfur
sebagai antibakteri adalah dengan cara memblok sistem enzim pada
mikroorganisme sehingga menghambat pembelahan dan pertumbuhan
mikroorganisme tersebut atau dengan cara bereaksi secara kimiawi
dengan lipid sel mikroorganisme (Al-Harithi, 2006).
Salvadora persica juga
mengandung salvadorin, yaitu suatu alkaloid yang bersifat antibakteri
karena memiliki kemampuan menghambat kerja enzim untuk mensintesis
protein bakteri. Suatu sel hidup yang normal memiliki enzim untuk
melangsungkan proses-proses metabolik, dan protein-protein lainnya,
asam nukleat serta senyawa-senyawa lain. Gangguan metabolisme bakteri
membuat kebutuhan energi tidak tercukupi sehingga mengakibatkan
rusaknya sel bakteri secara permanen yang berlanjut kepada kematian
bakteri (Dwiandari, 2006).
Penelitian tentang analisa kandungan batang kayu siwak
kering (Salvadora persica)
dengan ekstraksi menggunakan etanol 80% kemudian dilanjutkan dengan
ether lalu diteliti kandungannya melalui prosedur kimia ECP
(Exhaustive Chemical Procedure)
menunjukkan bahwa siwak mengandung zat-zat kimia, seperti
trimetilamin, alkaloid yang diduga sebagai salvadorin, klorida,
sejumlah besar fluorida dan silika, sulfur, vitamin C, serta sejumlah
kecil tannin, saponin, flavenoid dan sterol (El-Mostehy et
al, 1983). Menurut Elvin-Lewis (1982),
penelitian kimiawi terhadap tanaman ini telah dilakukan semenjak abad
ke-19, dan ditemukan sejumlah besar klorida, fluor, trimetilamin dan
resin. Hasil penelitian Farooqi dan Srivastava (1968), menunjukkan
adanya kandungan silika, sulfur dan vitamin C pada siwak. Kandungan
kimia tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan gigi dan mulut karena
trimetilamin dan vitamin C membantu penyembuhan dan perbaikan
jaringan gusi. Klorida bermanfaat untuk menghilangkan noda pada gigi,
sedangkan silika dapat bereaksi sebagai penggosok. Sementara
keberadaan sulfur dikenal dengan rasa hangat dan baunya yang khas,
serta fluorida berguna bagi kesehatan gigi sebagai pencegah
terjadinya karies dengan memperkuat lapisan email dan mengurangi
larutnya terhadap asam yang dihasilkan oleh bakteri.
Khoory (1983) menjelaskan bahwa siwak kaya akan silika
dan fluorida. Silika berfungsi membantu membersihkan gigi karena
silika bekerja sebagai bahan penggosok yang dapat menghilangkan noda.
Adapun fluorida mengerahkan proses antikariogenik dengan cara sebagai
berikut :
Perubahan
hidroksiapatit menjadi fluorapatit yang lebih tahan terhadap acid
dissolution.
Bercampurnya
acidogenic organism
di dalam plak gigi sehingga mengurangi pH dari plak gigi.
Membantu
memulihkan kembali gigi yang baru rusak.
Membentuk
efek penghambat terhadap pertumbuhan bakteri pada plak gigi.
Ekstrak siwak juga menunjukkan adanya properti
antimikrobial terutama antibakteri yang sangat efektif dalam membunuh
dan menghambat pertumbuhan bakteri dan antifungal (Al-Lafi dan
Ababneh, 1995; Darout et al,
2000). Darout et
al (2000) melaporkan bahwa komponen kimiawi
ekstrak kayu siwak sangat ampuh dalam menghilangkan plak dan
mereduksi virulensi bakteri periodontopathogenic.
Kandungan anionik alami dalam siwak dipercaya sebagai antimikrobial
efektif di dalam menghambat dan membunuh mikroba, seperti nitrat yang
dilaporkan dapat mempengaruhi transpor aktif porline pada Eschericia
coli dan terbukti ampuh pula dalam menghambat
fosforilasi oksidatif dan pengambilan oksigen Pseudomonas
aureginosa dan Staphylococcus
aureus. Hipotiosianat menunjukkan bereaksi
dengan grup sulfihidril dalam enzim bakteri yang dapat menyebabkan
kematian bakteri. Zaenab et al
(2004) telah menguji bahwa terdapat perbedaan KHM antara ekstrak
siwak dan kristal siwak, di mana ekstrak mempunyai daya antibakteri
lebih tinggi daripada kristal. Daya antibakteri ekstrak dan kristal
Salvadora persica
lebih baik terhadap B. elaninogenicus
dari pada daya hambat pertumbuhan terhadap S.
mutans.
Aplikasi
Siwak (Salvadora persica)
dalam Kedokteran Gigi
Pasta gigi dengan kandungan siwak
(Salvadora persica)
terdiri dari trimetyl
amine, silica, alkaloid,
chloride, fluoride,
saponin,
tannin, resin,
sulfur, vitamin C dan sterol.
Chloride berguna
dalam mengangkat stain, silica
merupakan bahan pembersih gigi, tannin
dan resin membentuk
lapisan pelindung pada email yang mencegah masalah kerusakan gigi,
vitamin C dan trimetyl
amine membantu
dalam menyembuhkan jaringan gingiva, trymetyl
amine sendiri
berfungsi dalam mengurangi kalkulus dan stain, sulfur, alkaloid dan
fluor melindungi gigi dari bakteri kariogenik (Almas & Al-Zeid,
2004).
Contoh pasta gigi yang menggunakan siwak adalah merk
Siwak F, yang mengandung bahan aktif seperti kalsium,
kayu siwak, sodium monofluorofosfat,
dan clove
oil.
Gambar 2. Pasta gigi yang mengandung siwak
Hasil
Penelitian Pengembangan Siwak (Salvadora
persica)
Penelitian klinis dan laboratoris telah dilakukan oleh
Sofrata (2010) untuk menentukan kemampuan antiplak dan antibakteri
dari siwak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan batang
siwak dan ekstraknya mempunyai efek antibakteri yang kuat terhadap
bakteri Gram negatif, seperti Porphyromonas
gingivalis dan Aggregatibacter
actinomycetemcomitans. Komponen utama yang
bertindak sebagai antibakteri adalah benzil isotiosianat.
Penelitian-penelitian terdahulu telah membuktikan khasiat antibakteri
Salvadora persica
terhadap beberapa bakteri aerob dan anaerob pada rongga mulut serta
Candida albicans.
Tanaman ini terbukti dapat menekan pertumbuhan Streptococcus
mutans dan S. faecalis
pada konsentrasi 50% atau lebih rendah (El-Mostehy, 2007).
Suatu penelitian yang dilakukan oleh Sher et
al (2011) terhadap bakteri oral terpilih
terhadap ekstrak siwak menunjukkan terdapat penghambatan pertumbuhan
Streptococcus aureus, Streptococcus pyrogenis,
Streptococcus aeruginosa, Lactobocillus acidophilus, dan
Candida albicans. Al-Lafi
dan Ababneh (1995) telah menguji aktivitas antibakteri dari kayu
siwak untuk menghambat beberapa bakteri mulut yang aerob dan anaerob.
Menurut hasil penelitian Gazi et al
(1987), ekstrak kasar kayu siwak yang dijadikan cairan kumur dan
dikaji sifat-sifat antiplaknya beserta efeknya terhadap bakteri
penyusun plak menyebabkan penurunan drastis bakteri gram negatif
batang.
Hasil penelitian Almas dan Al-Zeid (2004) menunjukkan
bahwa penggunaan siwak in vivo
mengakibatkan penurunan signifikan dari Streptococcus
mutans di dalam saliva bila dibandingkan
dengan penggunaan salin. Pada konsentrasi ekstrak siwak sebanyak 10%,
tidak terjadi perubahan, tetapi perubahan signifikan terjadi pada
konsentrasi 90%. Efek ekstrak ini terhadap Lactobacillus
kurang signifikan daripada efeknya terhadap Streptococcus
mutans. Penelitian ini juga membandingkan
sifat antimikroba antara sikat gigi biasa dengan batang siwak dan
hasil penelitian ini menunjukkan pengurangan signifikan species
Streptococcus mutans
di dalam mulut bila batang siwak digunakan.
Almas (2003), meneliti efektifitas ekstrak siwak 50%
dibandingkan dengan CHX (Chlorhexidine Gluconate) 0,2% pada dentin
manusia secara SEM (Scanning Electron
Microscopy) menunjukkan bahwa ekstrak siwak
50% memiliki hasil yang sama dengan CHX 0,2% di dalam perlindungan
dentin, namun ekstrak siwak 50% lebih dapat menghilangkan smear
layer pada dentin dibandingkan CHX 0,2%.
Perbandingan
Siwak (Salvadora persica) dengan
Bahan Sintesis Lain yang Beredar di Masyarakat
Penelitian mengenai Salvadora
persica dilakukan meliputi tahap-tahap
sebagai berikut: ekstraksi batang Salvadora
persica, uji aktivitas antibakteri (in
vitro), evaluasi toksikologi ekstrak (in vivo), pengukuran eliminasi
ekstrak di dalam rongga mulut (in vivo), dan clinical
trial (Al-Bayaty et
al, 2010).
Penelitian Al-Bayaty et
al (2010) menunjukkan uji aktivitas
antibakteri menggunakan disc
diffusion test technique. Kontrol positif
menggunakan klorheksidin dan kontrol negatif menggunakan akuades.
Setelah inkubasi 24 jam pada suhu 37C
ditemukan aktivitas antibakteri in vitro terbaik pada konsentrasi 10
mg/ml dengan zona hambat rata-rata 8,75 mm, sedangkan hasil clinical
trial menunjukkan skor indeks plak setelah 5
hari kumur dengan mouth wash Salvadora
persica, klorheksidin, dan placebo adalah
1,48; 0,48; dan 2,07. Hasil tersebut menunjukkan mouth
wash Salvadora persica dapat mengurangi
indeks plak, tetapi hasilnya kurang efektif jika dibandingkan dengan
klorheksidin.
Pada penelitian Almas dan Al-Zeid (2004), probandus
dikelompokkan menjadi 4 kelompok dengan
perlakukan yang berbeda. Kelompok pertama diaplikasikan Salvadora
persica selama 6 menit, kelompok kedua
diaplikasikan mouth wash
ekstrak Salvadora persica
50% selama 6 menit, kelompok ketiga diaplikasikan pasta gigi Colgate
dengan menyikat gigi selama 6 menit, dan kelompok keempat
diaplikasikan salin sebagai kontrol. Pada kelompok pertama, pada 90 %
probandus ditemukan aktivitas antibakteri. Aktivitas antibakteri pada
bakteri Lactobacillus
lebih baik dibandingkan pada Streptococcus
mutans. Pada ekstrak Salvadora
persica 50% menunjukkan reduksi jumlah
bakteri. Jumlah Streptococcus mutans lebih
banyak berkurang dengan Salvadora persica
dibandingkan dengan menyikat gigi
konvensional dengan pasta gigi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan
mouth wash Salvadora persica
memiliki aktivitas antibakteri lebih baik dibandingkan dengan
penggunaan pasta gigi dengan cara menggosok gigi konvensional.
Penelitian lain dengan menjadikan serbuk siwak sebagai
bahan tambahan pada pasta gigi dibandingkan dengan penggunaan pasta
gigi tanpa campuran serbuk siwak menunjukkan bahwa prosentase hasil
terbaik bagi kesehatan gigi secara sempurna adalah dengan menggunakan
pasta gigi dengan butiran-butiran serbuk siwak, karena
butiran-butiran serbuk siwak tersebut mampu menjangkau sela-sela gigi
secara sempurna dan mengeluarkan sisa-sisa makanan yang masih
bersarang pada sela-sela gigi. Hal inilah yang mendorong
perusahaan-perusahaan pasta gigi di dunia menyertakan serbuk siwak ke
dalam produk pasta gigi mereka. World Health Organization (WHO) turut
menjadikan siwak sebagai salah satu komoditas kesehatan yang perlu
dipelihara dan dibudidayakan (Al-Khateeb et
al., 1991).
Evaluasi toksikologi ekstrak dilakukan dengan
menggunakan 32 tikus albino jantan yang diinjeksi ekstrak Salvadora
persica secara peritoneal dengan konsentrasi
yang bervariasi. Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi
mortalitas. Hal ini mengindikasikan substansi Salvadora
persica dapat ditoleransi dengan baik. Hasil
pengukuran eliminasi ekstrak Salvadora persica
dalam rongga mulut didapatkan pada jam ke-6
ekstrak mulai ditemukan (diekskresikan) pada saliva dan hilang pada
jam ke-8 (Al-Bayaty et al,
2010). Dari kajian Sofrata (2010) juga telah
dinyatakan bahwa tubuh manusia akan memproduksi isothiosianata secara
alami saat mengkonsumsi sayur-sayuran tertentu jadi benzil
isothiosianat, yang merupakan bahan aktif antibakteri utama dari
Salvadora persica,
dapat dicerna tubuh secara alami tanpa menyebabkan toksisitas pada
sel atau tubuh manusia dan malah, pada dosis yang cukup tinggi,
terbukti bahwa benzil isothiosianata dapat bersifat antikarsinogenik
pada organ tubuh seperti paru, prostat dan payu dara.
DAFTAR
PUSTAKA
Al-Bayaty, FH., Al-Koubaisi, AH., Ali, NAW., Abdulla,
MA. 2010. Effect of Mouth Wash Extracted from Salvadora
persica (Miswak) on Dental Plaque Formation:
A Clinical Trail. J Med Plants Res
4(14): 1446-54.
Al-Harithi, N. 2006. Miswak, The Natural Toothbrush,
Yemen Times 14.
Al-Khateeb,
TL., O’Mullane, DM., Whelton, H., Sulaiman, MI. 1991. Periodontal
Treatment Needs among Saudi Arabian Adults and Their Relationship to
the Use of the Miswak. Community
Dent Health 8(4): 323-8.
Al-Lafi,
T., Ababneh, H. 1995. The Effect of the Extract of the Miswak
(Chewing Sticks) Used in Jordan and the Middle East on Oral Bacteria.
Int Dent J
45(3): 218-22.
Almas,
K. 2003. The Effect of Salvadora persica Extract (Miswak) and
Chlorhexidine Gluconate on Human Dentin: A SEM Study. J
Contemp Dent Pract 3(3):
27-35.
Almas, K, Al-Zeid Z. 2004. The Immediate Antimicrobial
Effect of A Toothbrush and Miswak on Cariogenic Bacteria: A Clinical
Study. J Contemp Dent Pract 8(1):
5-6.
Darout, IA., Christy, AA., Skaig, N, Egeberg, PK. 2000.
Antimicrobial Anionic Components In Miswak Extract. Indian
J Pharmacol 32(1): 11-14.
Dwiandari, HP., Widjijono, Sastromihardjo, W. 2006.
Pengaruh Konsentrasi Propolis Terhadap Daya Antibakteri
Staphylococcus aureus (Kajian secara in vitro) Ind
J Dent 13(3): 156-9.
El-Mostehy, DR., Ragaii, M., Al-Jassem, AA., Al-Yassin,
IA., El-Gindy, AR., Shoukry, E. 1983. Siwak-As An Oral Health Device
(Preliminary Chemical and Clinical Evaluation). Hamdard
26:41-50.
Elvin-Lewis, M. 1982. Te Therapeutic Potential of Plants
Used in Dental Folk Medicine. Odontostomatol
Trop 5:107:17.
Farooqi, MIH., Srivastava, JG. 1968. The Toothbrush
Tree (Salvadora
persica). Quart
J Crude Drug Res 8: 1297-99.
Gazi, MI., Lambourne, A., Chagla, AH. 1987. The
Antiplaque Effect of Toothpaste Containing Salvadora persica Compared
Chlorhexidine Gluconate: A Pilot Study. Clin
Prev Dent 9(6): 3-8.
Khoory, T. 1983. The Use of Chewing Sticks in Preventive
Oral Hygiene. Clin Prev Dent
5:11-14.
Lorian, V. 1996. Antibiotics in
Laboratory Medicine. 4th
ed. Baltimore: William and Wilkins.
Sher, H., Al-Yemeni, MN., Wijaya, L. 2011.
Ethnobotanical and Antibacterial Potential of Salvadora persica l: A
Well Known Medicinal Plant in Arab and Unani System of Medicine. J
Med Plant Res 5(7): 1224-9.
Sofrata, AH. 2010. Salvadora
Persica (Miswak):
An Effective Way of Killing Oral Pathogens.
Stockholm: Karolinska Institutet.
Tjitrosoepomo,
G. 1998. Taksonomi
Tumbuhan 2.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Zaenab, Murdiastuti HW, Anny VP, Logawa B. 2004. Uji
Antibakteri Siwak (Salvadora persica Linn.) terhadap Streptococcus
mutans (ATC31987) dan Bacteroides melaninogenicus. Makara
Kesehatan 8(2): 37-40.
Siwak adalah